March 18, 2025

Ini Gejala Apa

Hari minggu 6 Mei 2012, saya melihat sendiri keadaan manusia dititik paling rendahnya, hingga hanya tersisa seonggok tulang, daging dan amarah, hilang rasa kemanusiaannya.

Hari itu kami para siswa kelas jurnalisme yayasan pantau melakukan praktek meliput di HKBP Filadelfia, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi. Kami sudah diperingatkan bahwa keadaan disana agak tidak bersahabat dan berpotensi terjadi bentrokan.

Dengan persiapan mental seadanya, berusaha berpakaian tidak menyolok, walau terbukti salah karena saya mengenakan kaos berwarna merah bata. Saya dan rombongan berangkat kesana dengan penuh semangat.

Tiba di lokasi, situasi sangat kacau. Ada orasi yg dilakukan dengan pengeras suara menolak ibadah jemaat HKBF Filadelfia disambut teriakan-teriakan warga desa jejalen yang meminta para jemaat untuk meninggalkan lokasi.

Saya lihat sekeliling saya dan merasa miris, selain laki-laki dan perempuan dewasa ada anak-anak kecil yang dilibatkan dalam aksi protes ini. Lebih terkejut lagi saat mendapati ada laki-laki yang menatap saya dengan wajah penuh kebencian dan terus menatap seperti menjadikan saya target utamanya.

Saya berusaha tidak mengindahkan, terus mengambil foto secara sembunyi-sembunyi dan melakukan live-report melalui twitter @Rhesya  Sampai tidak menyadari bahwa posisi laki-laki itu yang tadinya berada di belakang mobil yg digunakan untuk orasi ternyata sudah berhasil menerobos kerumunan dan posisinya sudah berada disisi depan mobil yang sudah lebih dekat dari posisi saya berdiri.

Saya mulai khawatir, khawatir dengan laki-laki itu, dan khawatir dengan massa intoleran yang sudah semakin kasar untuk mengusir saya mundur keluar desa itu. Saya dan rekan saya berjalan menuju keluar desa itu, massa dibelakang berteriak

“Perkosa, Perkosa!”

Kami berjalan pelan-pelan beriringan, ada polisi di sebelah kiri kami. Saya didorong 3 ibu-ibu sambil diteriaki

“Pergi!”

“Gak ada tempat buat kalian”

“Jangan datang lagi”

“Gak tau malu!”

“Mukanya di pantat!”

“Sembayang sono di rumah lo, rumah lo kan pada lega-lega” (dgn logat Bekasi)

Kami berjalan kearah lokasi kami memparkir mobil, namun mengurungkan niat karena tidak mau mobil-mobil kami menjadi sasaran kemarahan massa.

Kami memutuskan untuk berjalan keluar komplek saat tiga ibu menghadang kami dan meminta kami menunjukkan kartu identitas penduduk.

Saya tidak berkata satu patahpun, bahkan tidak terfikir untuk mengaku beragama islam. Muslim atau non-muslim, tidak ada manusia yg pantas mendapat perlakuan kasar dan tidak berperi kemanusiaan seperti yg dilakukan massa intoleran di Desa Jejalen.

Lolos dari mereka kami berjalan mengarah sejauh mungkin dari desa itu saat tiba-tiba ada gelas aqua berisi dilempar kearah kami. Lemparannya meleset. Kami terus berjalan hingga tiba di tempat yang aman.

Kami saling diam, pikiran saya melayang entah kemana. Kami melihat sendiri bagaimana aparat seperti tidak berdaya menghadapi massa.

Hari itu akun twitter saya mendapat 209 mention berisi reaksi pengguna twitter terhadap insiden HKBP Filadelfia yg saya laporkan melalui twitter. Kebanyakan rekan di twitter mengganggap kerusuhan ini adalah FPI dan khusus mengenai penanganan terhadap kasus kekerasan yang melibatkan ormas vandalist berseragam “agama” respon pesimis bernada menuduh justru banyak dialamatkan kepada aparat polisi.

Semua ajaran agama boleh saja mengklaim keberadaannya sebagai pengajar kedamaian. Namun pada kenyataannya konflik berbasis perbedaan agama semakin marak terjadi di Indonesia. Tensinya semakin meningkat.

Kaum pluralist banyak mempertanyakan realita ini, kemana larinya faham bhineka tunggal ika?

Rakyat yang frustrasi mencari jawaban. Berbagai teori konspirasi berseliweran, mencoba menyingkap fakta dibalik fenomena ini, Banyak anggapan bahwa permasalahan agama sengaja diangkat oleh pengurus negara. guna menutupi isu-isu penyimpangan kekuasaan.

Pertanyaan besarnya adalah mengapa?

Ini gejala apa?

Note:

Bagi yang penasaran dengan sejarah dan status hukum HKBP Filadelfia, silakan cek link ini http://www.andreasharsono.net/2012/03/gereja-hkbp-filadelfia.html

Bagi yang penasaran apakah ada FPI disana? saya pastikan, FPI memang ada disana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Other Post

Ngapdet Deh, Hi FS, How You’ve been? long time not see *halah*

March 18, 2025

Menjadi Indonesia, Beda Is Me

March 18, 2025

Pencitraan

March 18, 2025

Museum nowadays…

March 18, 2025

Saat-Saat Personal…

March 18, 2025

Disfungsional

March 18, 2025