March 18, 2025

Inspired by Hebohnya berita perceraian sang Diva

Ngerumpi dikit yuuk tentang fenomena perceraian dan perselingkuhan, Fyi saya di sini ndak bertindak sebagai penyambung lidah alias urun nimbrung memperpanjang berita yang itu loh ya, Saya cuma sedikit tertarik dengan fakta dibalik perceraian dan perselingkuhan.
 
Saya dan semua orang juga tau kalo dalam pernikahan itu pasti ada aja masalah, wong ibu dan eyang putri saya aja ngaku kalo menikah itu ndak enak kok. Mereka bilang menikah itu bentuk tanggung jawab, bukan untuk enak-enakan, bukan untuk sekedar melepas masa lajang supaya ada yang ngurusi kita, bukan untuk keren-kerenan karena malu berlomba sama umur *lol*dan bukan untuk melimpahkan beban hidup kita ke pihak lain. Pernikahan itu artinya berbagi dimana kedua belah pihak sama-sama berusaha untuk saling meringankan beban satu sama lain.
 
Ibu dan eyang sepakat soal satu hal bahwa pernikahan untuk seorang wanita  itu artinya adalah mengabdi, mendampingi,mendidik dan memelihara, hal tersebut adalah bentuk tanggung jawab seorang wanita dalam pernikahan. Bukan karena posisi kita lebih rendah, namun karena di balik kelembutannya para wanita ternyata memiliki kekuatan kasat mata yang membuatnya mendapat kehormatan untuk menjadi tiang dalam mahligai rumah tangga dimana laki-laki menjadi nahkoda yang menentukan arah tujuan suatu pernikahan.
 
Mungkin benar juga omongan eyang dan ibu  kalo di balik kelembutannya para wanita ternyata punya kekuatan kasat mata, para wanita itu bisa menjadi mahluk paling manis skaligus mahluk paling menyeramkan saat di landa kemarahan.  Saya mengalaminya juga saat-saat dimana saya menjadi sangat manis dan mau berkorban apa saja untuk orang lain dan saat-saat dimana saya menjadi skeptis dan cenderung menjadi kurang apresiatif dengan perhatian yang saya terima dari lingkungan saya, terutama laki-laki.
 
 
Okeh kembali ke soal pernikahan dan perselingkuhan tadi. Yang bisa saya ambil dari petuah Ibu dan Eyang adalah bahwa pernikahan itu harusnya di dasari dengan tekad yang kuat dan dengan kontrak seumur hidup dimana menjaga keutuhannya menjadi harga mati *di situlah fungsi mengabdi, mendampingi, memelihara, mendidik menjadi sangat penting*
 
 
Ngebaca tulisan sendiri kok malah jadi merinding ya? baru denger konsepnya aja dah kebayang betapa riweuh dan kompleksnya pernikahan itu, kalo tidak di persiapkan secara mental dan spiritual dengan baik.  Dan pertanyaan-pertanyaan seperti, Gimana caranya biar gag salah pilih ya? gimana bisa tau kalo kita gag akan nyesel? gimana bisa tau kalo he’s the one? gimana caranya biar gag selingkuh? gimana caranya biar bisa menikah sekali seumur hidup? etc etc and the so and the on….mulai bermunculan.  Pertanyaan yang sumpah mati saya ndak tau apa jawabannya…pertanyaan yang bikin saya cenderung ragu-ragu untuk melangkah dalam suatu hubungan.
 
“Sekarang lo masih bisa milih sa, ambil kesempatan itu, milihhhhhhh yang bener, pikir dulu!”  statement seorang teman yang menurut saya wajib di jadikan bahan perenungan, bukan supaya saya menjadi anti menikah, tetapi supaya saya ndak tergesa-gesa dan akhirnya gagal lagi dan lagi, supaya saya mulai berfikir sebelum memutuskan ,supaya saya sadar akan tanggung jawab dan komitmen yang notabene merupakan paketannya pernikahan, atau pendeknya biar saya ndak selingkuh kalo dah menikah nanti 😀
 
Piss ^_^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Other Post

Sometimes bad luck isn’t a coincidence

March 18, 2025

Kompetisi Menulis Esai “Menyembuhkan luka sejarah”

March 18, 2025

Ini Gejala Apa

March 18, 2025

Starbucks barista won Indonesia Brewers Cup 2015

March 18, 2025

Museum nowadays…

March 18, 2025

Meratjau tak terstruktur :P

March 18, 2025