Jujur ya, saya termasuk orang yang kurang tau tentang diri saya. Saya ndak pernah tau karena kurang peduli mengenai, apakah saya pintar, cantik, sexy, menarik, berkualitas atau malah biasa-biasa saja. Hal-hal tsd (tersebut didepan) ndak pernah menjadi fokus perhatian saya. Selama ini kegiatan “menjalani hidup” saya berputar disekitar “hal-hal yang saya sukai”, ndak pernah berambisi yang aneh-aneh, cuma bersedia melakukan hal yang saya suka, dengan cara yang saya sukai, dengan sepenuh hati dan hidup sayapun tercukupi (demikian yg saya rasakan).
Dalam kadar kepercayaan diri tertentu saya merasa bahwa saya adalah orang yang bersyukur, sedang dalam kadar kepercayaan diri yang berbeda saya biasa menyebut diri saya “Tidak cukup ambisius untuk memilih berkonflik dengan orang lain” 😛
Pacar saya selalu menganggap saya sebagai “Manusia paling bahagia di dunia” , hidup tanpa beban, tanpa target (begitu fikirnya) beliau ndak 100% bener, karena seperti manusia pada umumnya, saya juga punya impian, yang tetep harus berusaha tuk menggapai mimpi, bedanya saya berusaha mencari jalan damai dengan alam dan orang lain dalam mewujudkan mimpi saya. Saya belajar dan memilih jatuh bangun di fase ini, memilih hanya berkonflik dengan menantang dan melawan diri saya sendiri.
The culture we have does not make people feel good about themselves. And you have to be strong enough to say, if the culture doesn’t work, Don’t buy it! -Morrie Schwartz-